Tuesday, January 28, 2014

tasawuf abad ke8(Ibnu taimiyah)

(IBNU TAIMIYAH)
Makalah
Disusun Guna Menuhi Tugas
Mata Kuliah: Sejarah Perkembangan Tasawuf
Dosen Pengampu: Hj.Arikhah.Mag




Disusun oleh:
Misbahul Anam (124411031)

FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013

I.                   PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Ibn Taimiyah adalah ahli fikih mazhab Hambali. Pengaruh pemikirannya sangat besar terhadap gerakan Wahhabi, dakwah gerakan Sanusi, dan kelompok-kelompok agama yang ekstrem yang ada di dunia Islam saat ini.[1]
Dalam sejarah panjang pemikiran Islam, ada banyak “kata” yang seringkali dianggap saling berbenturan dan membentuk sebuah efek paradoksal. “Kata” itu bisa saja mewakili sebuah kelompok pemikiran (firqah), seorang tokoh, atau juga sebuah pemikiran tertentu.
Dalam sejarah panjang pemikiran Islam, ada banyak “kata” yang sering kali dianggap saling berbenturan dan membentuk sebuah efek paradoksal[2].“Kata” itu biasa saja mewakili sebuah kelompok pemikiran (firqah), seorang tokoh, atau juga sebuah pemikiran tertentu.
Ibnu Taymiyyah berpendapat bahwa tiga generasi awal Islam, yaitu Rasulullah Muhammad SAW dan Sahabat Nabi, kemudian Tabi'in yaitu generasi yang mengenal langsung para Sahabat Nabi, dan Tabi'ut tabi'in yaitu generasi yang mengenal langsung para Tabi'in, adalah contoh yang terbaik untuk kehidupan Islam.
B.     RUMUSAN MASALAH
a.       Tasawuf abad ke-8
b.      Biografi Ibnu Tasawuf
c.       PemikiranIbnuTaimiyah
d.      Karya-karya Ibnu Taimiyah
II.                PEMBAHASAN
a.       Tasawuf abad ke8
Dengan terlampaunya abad ke-7 hijriah hingga masuk abad ke-8 hijriah, tidak terdengar lagi perkembangan dan pemikiran baru dalam tasawuf. Pada masa itu, banyak pengarang kaum sufi yang mengemukakan pemikiranya tentang ilmu tasawuf, tetapi pemikiran mereka itu mendapatkan perhatian dan sumgguh – sungguh dari umat Islam. Bahkan, bisa dikatakan Bahwa nasib pajaran tasawuf ketika itu hampir sama dengan nasibnya pada Abad ke-7 hijriah.
Apabila ada abad ke- 5 hijriah, imam Al- Ghazali di kenal sebagai tokoh muslim yang pernah memurnikan ajaran tasawuf dari unsur-unsur filasafat pada abad ke-8 ini, Ibnu taimiyah yang berfungsi seperti Imam Al-ghazali. Upaya maksimal yang dilakukan ibnu taimiya ketika itu tiada henti-hentinya hingga ia wafat pada tahun 727 H / 132 M.
Ajaran tasawuf yang domnan ketika itu adalah ajaran tasawus ibnu arabi, antara lain pemikiran wihdatul wujud. Karena ibnu taimiya memandang bahwa ajaran tersebut banyak menyesatkan islam, ia beruapaya untuk memberantasnya melalui kegiatan mengajar dan karangan – karanganya, antara lain kitabnya yang berjudul Ar – Radu ‘ Ala Ibnu ‘ aray.[3]
b.      Biografi Ibnu Taimiyah
Nama lengkap Ibnu Taimiyah adalah Taqiyuddin Ahmad bin Abi Al-Halim bin Taimiyah. Dilahirkan di Harran pada hari Senin tanggal 10 Rabiul Awwal tahun 661 H dan meninggal di penjara pada malam senin tanggal 20 Dzul Qaidah tahun 729 H. Kewafatannya telah menggetarkan dada seluruh penduduk Damaskus, Syam, dan Mesir, serta kamu muslimin pada umumnya. Ayahnya bernama Syihabuddin Abu Ahmad Abdul Halim bin Abdussalam Ibn Abdullah bin Taimiyah, seorang Syaikh, Khatib dan hakim di kotanya.[4]Ia lahir di tengah-tengah keluarga terpandang, berkecukupan, bernasab keturunan bangsawan Arab, sangat taat beragama sekaligus merupakan keluarga sufi.[5]
c.       Pemikiran sufistik Ibnu Taimiyah
·        Pandangan Ibnu Taimiyah Ibnu Taimiyah tentang tasawuf
Ibn Taimiyah memandang tasawuf sebagai perpanjangan dari agama Islam yang secara normatif harus bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah dan secara historis aplikatif harus merujuk pada keteladanan Salaf al-Salihin.Menurut Ibn Taimiyah, konsep maqamat mengandung problem teologis sosiologis yang tidak sesuai dengan semangat keseimbangan (tawazun) dalam Islam, yakni keseimbangan lahir dan batin, ilmu dan amal serta keseimbangan antara hablun min Allah (hubungan vertikal) dan  hablun min an-nas (hubungan horizontal).[6]
Di zamanya orang yang paling kuat imannya adalah orang tasawuf beliau mengatakan “ karena banyak yang berijtihad yang mereka lakukan , maka kaum muslim terpecah menjadi 2 golongan, yaitu golongan yang menghujatkan sufi atau tasawuf , dan yang berlebihan memuji tasawuf.”  Kedua golongan ini tidak benar,yang benar adalah orang-orang sufi berijtihad dalam menuju Allah SWT, sebagaimana orang lain yang berusaha taat kepada Allah SWT. Dikalangan tasawuf ada yang mempunyai derajat tinggi kerena usaha mereka dalam beribadah.[7]
·        Pemikiran kontrofersi Ibnu Taimiyah
“Enam puluh tahun berada dibawah penguasa yang zalim jauh lebih baik semalam terjerat dalam situasi yang anarkis”, demikian salah satu fatwa ibn Taimiyah yang terasa kontrofersional.ia dipenjara karena sikap kerasnya yang menentang pemerintahan yang dipadang tidak segaris lurus dari lqur’an. Kepribadianya memang bertopang dengan motifasi meluruskan umat islam.[8]
Adapun pemikiran Ibnu Taimiyah yang dianggap bertentangan dengan Ijma`dan mayoritas ahlu sunnah wal jamaah sangat banyak diantaranya adalah:
a). Keyakinanya tentang Zat Allah yang mempunyai jasad seperti jasadnya makhluk, duduk seperti duduknya makhluk, bertangan, mempunyai mata dang telinga. Bahkan Ibnu Taimiyah berkata bahwa Allah turun dari langit sebagai mana turunnya dia dari mimbar. Mazhab ini di sebut al-Hasyawiyah al-Mujassamah.
b). Berani mencaci Ulama dan Sahabat Nabi. Kelancangan Ibnu taimiyah ini membuat nyawanya terancam karena telah berani mencaci Imam al-Ghazali dan pengikut Asya`irah lainnya. Bukan hanya itu, Ibnu Taimiyah beranggapan bahwa Imannya Sayyidina Ali tidak sah, sebab beliau masuk Islam sebelum baligh, dan Iman sayyidina Abu Bakar juga tidak sah karena Abu Bakar beriman dalam keadaan pikun hingga beliau tidak mengerti apa yang di ucapkan. Imam Ali ra. menurutnya mempunyai 17 kesalahan. Dan beliau berperang karena cinta kedudukan. Sedang sayyi dina Utsman menurutnya sangat cinta dunia. Dalam kitab Durarul Kaminah dan kitab Fatawa Ibnu Taimiyah fil-Mizan dijelaskan panjang lebar masalah ini.
c). Inkar terhadap Majaz[9]. Ibnu taimiyah berasumsi bahwa dirinya dengan pemikiran itu berada dalam Manhaj salaf. Sebab sebagaimana yang telah masyhur bahwa ulama dalam menyikapi ayat-ayat musytabihat ada dua kelompak, kelompok pertama adalah Tafwidh (menyerahkan penafsirannya pada Allah sendiri) mazhab ini yang diikuti oleh kebanyakan ulama salaf. Dan kelompok kedua adalah mazhab Ta`wil (mentafsiri ayat musytabihat sesuai dengan keesaan dan keagungan Allah) cara ini dipakai oleh ulama khalaf.
Sedang pendapat Ibnu taimiyah dalam masalah ini berkonsekwensi pada pemahaman yang berbahaya dalam memahami al-Quran dan nama dan sifat Allah, sebab hanya membawa pada pengertian yang mustahil pada zat dan sifat Allah. Adapun pendapat salaf mengenai masalah Tafwidh, salaf tidak mau panjang lebar mengenai masalah ini, sehingga menyerahkan urusan ini pada Allah. Beda halnya dengan Ibnu taimiyah yang berani menafsiri Al-Quran dengan lahirnya saja, sehingga mengakibatkan hal yang fatal.
Disamping itu keingkaran Ibnu taymiyah pada majaz dapat menimbulkan pengertian yang salah terhadap teks Syariah, Ibnu Qayyim sendiri sebagai murid setia Ibnu Taimiyah merasa kebingungan menyikapi masalah ini, sebab tidak sedikit dari ulama salaf dan pengikut mazhab Hanafi (Ibnu Taimiyah mengaku bermazhab ini) yang mempercayai adanya majaz dalam al-Quran. Seperti Ibnu Abi Ya`la, Ibnu Agil, Ibnu al-Khattab dan lain-lain sangat menganggap keberadaan majaz dalam al-Quran.
Seseorang yang membaca kitab Shawaiq al-Mursalah karya Ibnu Qayyim, maka akan tampak kebingungannya dalam menyikapi pendapat gurunya tersebut.
d). Ibnu Taimiyah menyalahi Ijma` ulama. Seperti pendapatnya talak waktu haid itu tidak terjadi, masalah ta`liq talak, seorang haid boleh tawaf tampa membayar kaffarat, kata-kata talak tiga hanya terjadi satu dan beberapa pendapat nyeleneh lainnya. Al-hasil banyak pendapat Ibnu taimiyah yang bertentangan dengan mayoritas ulama Ahlu sunnah wal jamaah.
Namun begitu sumbangan Ibnu Taimiyah terhadap pemikiran Islam tidaklah sedikit, maka sikap yang terbaik mengenai Ibnu taymiyah adalah sikap yang disampaikan oleh Syaekh Yusuf bin Ismail an-Nabhani, “Ibnu Taimiyah adalah seorang ulama besar yang masyhur dari salah satu umat Muhammad, namun begitu dia tidak lepas dari kesalahan” Dalam buku yang sama an-Nabhani juga berkata, “Ibnu taimiyah ibarat lautan besar yang berkecamuk ombak, di mana ombak itu kadang membawa intan permata dan kadang membawa batu dan pasir dan kadang juga melempar kotoran”.[10]

d.      Karya-karya Ibnu Taimiyah dalam bidang Tassawuf
a.       Al-farqu baina aulia ar-Rahman wa Aulia as Syaithan.
b.      Abthalu wahdah al-wujud.
c.       At-Tawassul wa Al-wasilah.
d.      Risalah fi al-Sama’ wa Ar-raqsi.[11]
III.             KESIMPULAN
Pada abad ke-7 hijriah hingga masuk abad ke-8 hijriah, tidak terdengar lagi perkembangan dan pemikiran baru dalam tasawuf.nasib tasawuf pada abad ke-8 hampir sama dengan abad ke7. Nama lengkap Ibnu Taimiyah adalah Taqiyuddin Ahmad bin Abi Al-Halim bin Taimiyah. Beliau lahir di Harran pada hari Senin tanggal 10 Rabiul Awwal tahun 661 H dan meninggal di penjara pada malam senin tanggal 20 Dzul Qaidah tahun 729 H. Ayahnya bernama Syihabuddin Abu Ahmad Abdul Halim bin Abdussalam Ibn Abdullah bin Taimiyah. Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa tasawuf itu normatif harus bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah Rasul. Golongan yang benar  adalah orang-orang sufi berijtihad dalam menuju Allah SWT, sebagaimana orang lain yang berusaha taat kepada Allah SWT. Dikalangan tasawuf ada yang mempunyai derajat tinggi kerena usaha mereka dalam beribadah.pemikiran Kontrofersi Ibnu Taimiyah Antara Lain: Keyakinanya tentang Zat Allah yang mempunyai jasad seperti jasadnya makhluk, Berani mencaci Ulama dan Sahabat Nabi,Inkar terhadap Majaz,dan Ibnu Taimiyah telah menyalahi Ijma` ulama. Karyanya dalam Bidang tasawuf antara lain Karya-karya Ibnu Taimiyah dalam bidang Tassawuf antara lain:Al-farqu baina aulia ar-Rahman wa Aulia as Syaithan,Abthalu wahdah al-wujud,At-Tawassul wa Al-wasilah, dan Risalah fi al-Sama’ wa Ar-raqsi.
IV.              PENUTUP
Demikian makalah yang kami paparkan apabila ada kesalahan itu memang dari kami apabila ada kebenaran itu Dari Allah, jika ada kesalahan format penulisan dan sebagainya kami juga minta maaf sebanyak banyaknya,semoga makalah yang kami paparkan ini dapat bermanfaat untuk kita semuanya,amin.














DAFTAR PUSTAKA
Amin. Husayn Ahmad. Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999)
http://arishayaq.blogspot.com/2011/10/akhlak-tasawuf.html,diunduh pada tanggal 9 November 2013
http://artikata.com/arti-343707-paradoksal.html ,Diakses pada tanggal  09 November 2013
Abul Hasan Ali An_Nadawi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah,( Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1995)
Sholikhin.Muhammad Tradisi Sufi dari Nabi; Tasawuf Aplikatif Ajaran Rasulullah Saw.  (Yogyakarta: Cakrawala. 2009.)
Masyaruddin. Pemberontakan Tasawuf; Kritik Ibn Taimiyah Atas Rancang Bangun Tasawuf. (Surabaya: JP Books. 2007)
Abd. Aziz.baik Dan buruk menurut al-qur’an. (Yogyakarta:Mitra Pustaka.2004)
Jindan.khalid Ibrahim. teori pemerintahan menurut ibnu Taimiyah.Diterjemahkan oleh mufid (Jakarta:PT rineka cipta.1994)
Ibrahim.muhammad zaki.tasawuf Salafi. Bandung: hikmah.2002






[1] Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999, hal.229.
[2] Menurut  http://artikata.com/arti-343707-paradoksal.html artinya adalah seolah-olah bertentangan (berlawanan) dng pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran.
[4] Abul Hasan Ali An-Nadawi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1995, hlm.41
[5] Muhammad Sholikhin. Tradisi Sufi dari Nabi; Tasawuf Aplikatif Ajaran Rasulullah Saw.  Yogyakarta: Cakrawala. 2009.  Hlm. 170.
[6] Masyaruddin. Pemberontakan Tasawuf; Kritik Ibn Taimiyah Atas Rancang Bangun Tasawuf. Surabaya: JP Books. . 2007. Hlm. 40-41.
[7] Zaki Ibrahim.tasawuf Salafi. Bandung: hikmah.2002.hlm.160.
[8] Khalid Ibrahim Jindan. teori pemerintahan menurut ibnu Taimiyah.Jakarta:PT rineka cipta.1994.hlm.ix.
[9]Menurut http://hanifnurfauzi.wordpress.com/2009/04/11/belajar-ushul-fiqh-makna-haqiqi-dan-majazi/ ,Majaz adalah kata yang digunakan pada makna yang bukan makna aslinya contohnya: Semisal kita katakan sebuah kata tertentu dan kita ambil contoh kata “singa”. Dari kata singa ini kita bisa pahami dua makna. Secara haqiqi singa berarti salah satu jenis hewan buas, sebagaimana yang sudah dipahami oleh kita. Namun secara majaz, kata “singa” bisa kita artikan sebagai orang laki-laki yang pemberani.
[10] http://ibnujusup.multiply.com/journal/item/17/SOSOK_DAN_PEMIKIRAN_IBN_TAIMIYAH
[11] Abd. Aziz MR.baik Dan buruk menurut al-qur’an. Yogyakarta:Mitra Pustaka.2004.hlm.ix.

No comments:

Post a Comment